Hippodrome, Arena Pacuan Kereta Romawi Turki
Bagi sahabat wisata muslim yang sedang berwisata di Turki, khususnya di Masjid Biru Sultan Ahmad, jangan lupa untuk melihat Hippodrome. Hippodrome dibangun oleh seorang kaisar Romawi yang bernama Septimus Severus pada tahun 203 SM. Gelanggang pacuan kereta dan olahraga pada masa kekaisaran Byzntium ini kemudian diperbesar dan dipercantik oleh Kaisar Constantine Agung saat ia menjadikan Byzantium sebagai ibukota.
Semula, Hippodrome memiliki tinggi sekitar 117 meter dan panjang 480 meter serta memiliki kapasitas yang mampu menampung sekitar 100 ribu orang. Lokasi pintu masuknya terletak di lokasi yang kini ditempati Air Mancur Jerman. Sementara bagian pusat Hippodrome dihiasi Obelisk Mesir, Tiang Serpent Constantine. Namun, kini yang tersisa di At Meydani hanyalah Obelisk Mesir, Tiang Serpent, dan Obelisk Constantine.
Belakangan, empat kelompok tersebut diperkecil menjadi dua kelompok dengan dua warna, yaitu biru dan hijau. Warna biru mewakili kelompok masyarakat kelas atas dan menengah. Sementara warna hijau mewakili masyarakat kelas bawah dan radikal, baik di bidang agama atau pun politik.
Meskipun pacuan kuda merupakan salah satu olah raga yang tertua dari semua olahraga, tetapi konsep dasar tidak pernah mengalami perubahan selama berabad-abad. Secara prinsip, pacuan kereta kuda dinilai dari kecepatannya. Tak hanya bertanding, di arena balap kuda ini pun judi sudah menjadi kebiasaan.
Pada tahun 600 H/1204 M, pacuan kuda dibubarkan dan Hippodrome dihancurkan pasukan Salib. Sejak itu kepopuleran Hippodrome semakin merosot. Namun, kawasan Hippodrome kembali diaktifkan pada saat Istanbul dikuasai Kekhalifahan Utsmani. Tempat ini diubah menjadi sebuah lapangan kuda (horse square). Di sinilah para serdadu Dinasti Utsmaniyyah melatih kuda-kuda mereka. Pada waktu itu, yang tersisa dari bangunan asli Hippodrome hanyalah tiga monumen antara lain Obelisk Mesir, Tiang Serpent, dan Tiang Constantine.
Pada abad ke-15 SM, Obelisk Mesir atau dalam bahasa turki disebut dengan “Dikilitas” dibuat oleh seorang Fir’aun yang bernama Thutmosis III. Pembangunan ini bertujuan untuk menghormati dewa Matahari Ra di kota Teb, di depan Kuil Karnak di Luxor, Mesir. Selanjutnya, pada tahun 390 M, Obelisk itu dihadiahkan oleh seorang gubernur Alexandria kepada Kaisar Thedosius I untuk menghiasi bagian tengah Hippodrome.
Adapun Obelisk Thedosius, bangunan ini awalnya memiliki panjang 19 meter. Namun, yang tersisa saat ini hanya 13 meter. Kemungkinan bagian bawahnya terpotong saat diangkut dari Mesir ke Turki. Pada Obelisk yang telah berusia lebih dari 3.500 tahun ini terlihat adanya pahatan relief yang menampilkan berbagai situasi pada masa pemerintahan Theodosius.
Adapun Tiang Serpent, yang dalam bahasa Turki disebut “Burmali Sutun”, didirikan pada tahun 479 SM di depan Kuil Apollo di Delhi, Yunani. Tiang itu menunjukan penghormatan mereka terhadap Dewa Apollo dan dibuat untuk merayakan kemenangan Yunani atas Persia. Tiang yang dibuat dari perunggu dalam bentuk ular itu memuat nama 31 kota di Yunani yang terlibat dalam perang tersebut. Konon, di atas kepala ular berkepala tiga itu terdapat belanga emas berukuran besar.
Pada abad ke-4 SM, Kaisar Constantine memindahkan tiang tersebut ke Konstantinopel untuk menghiasi Hippodrome. Semula, panjang total Tiang Serpent 8 meter. Namun, banyak orang yang tidak menyukai ular karena dianggap sebagai gambaran setan. Akhirnya, patung tiga ular tersebut dipotong sehingga tinggi tiang tinggal 5,3 meter.
Tak jauh dari lokasi tersebut, berdiri sebuah obelisk lain. Obelisk yang memiliki tinggi 32 meter ini dibuat untuk Constantine Prophyrogenitus oleh seorang penguasa kekaisaran Byzantium. Sayang, tahun pendiriannya tidak jelas. Obelisk ini diberi nama Obelisk Constantine karena sang kaisar memugarnya pada abad ke-10 M.
Konon, pada saat itu obelisk tersebut dihiasi lempengan perunggu yang menuturkan berbagai kemenangan yang diraih Basil I, kakek dari Constantine VII. Namun, lempengan perunggu tersebut dicuri dan dilebur pasukan Salib ke-4 pada tahun 600 H/1204 M.
Setelah Istanbul jatuh ke tangan Dinasti Usmaniyyah, pasukan elit dinasti ini, yaitu pasukan Jenissary, menjadikan obelisk tersebut sebagai tempat latihan memanjat. Tak heran jika permukaannya pun menjadi bopeng.
Meski secara fisik terdapat penurunan kualitas Hippodrome, tetapi kisah di balik bangunan tua dan bersejarah ini masih terus hidup. Nah, bagi sahabat wisata muslim yang ingin berwisata ke Turki, Cheria Travel menyediakan paket wisata muslim ke sana. Sahabat wisata muslim bisa menggunakan Paket Umroh Plus Turki 2013 atau bisa juga paket wisata muslim Turki saja di Paket Wisata Murah 2013.
Jangan lupa juga untuk mengunjungi video singkat kami di bawah ini ya :
Dengan Cheria Travel, wisata menjadi tenang dan menyenangkan. Selamat berwisata!
0 Response to "Hippodrome, Arena Pacuan Kereta Romawi Turki"
Post a Comment